Mengenai Saya

Foto saya
Jl.Raya Cilegon Serang, KM 2 Telp. 0254-382454

Minggu, 20 Maret 2011

Sejarah Yayasan Pendidikan Agama Islam Al-Jauharotunnaqiyyah Cibeber

KH. Abdul Lathif bin KH. ali bin H. Said bin Juju bin KH. Tb. Busomad bin Tb Aria Sentok bin Tb Dagu Manjari bin Winangkajaya bin Mas Jayalalana bin Mas Winangkajaya bin Mas Mangun bin Nakhoda Bergos, yang di makamkan di kampung Penakodan, Desa Bulakan, Kecamatan Cibeber.
Ibunya Hj. Usmah binti Jaya bin Bayi bin Lana bin Ludana bin Kasa Manggala bin Lurah Asih bin Syariah bin M.Isya bin Abd Rahman bin Syeh Mansur Cikeduen Pandeglang, dan dari ibunya Hj Nadziroh binti KH. Mas Afifudin bin KH. Mas Madhan.
Beliau dilahirkan dari keluarga yang fanatik dalam bidang agama sekitar tahun 1817 M/1299 H di Desa Cibeber Cilegon Banten.
Ayahnya KH. Ali turut serta berjuang dengan KH. Wasyid melawan penjajah Belanda sekitar tahun 1988 M. karena turut serta mempertahankan kemurnian Agama Islam dari pengaruh kemusyrikan dan juga memperjuangkan kemerdekaan RI yang dikenal dengan sebutan GEGER CILEGON (Nugroho Noto Susanto, 1977 :177) orang tua wali beliau di asingkan ke Digul dan Akhirnya di Ambon sampai meninggalnya dan dimakamkan di sana (puncak Ali) sekitar tahun 1898M.
Waktu itu KH.Abdul Lathif berusia sekitar 10 tahun, sejak kecil beliau sudah menghadapi tantangan dan penderitaan yang sangat berat dalam menempuh masa depannya. beliau disamping seorang Ulama juga memiliki keturunan darah pejuang, baik agama, bangsa, dan negara.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan KH. Hasanudin, pada beliaulah ia belajar membaca Al-quran dan ilmu lainnya seperti Fiqih, Tauhid, Tafsir, dan Bahasa Arab.
Beliau belajar pula kepada KH. As'ad (Ki Buntung), KH. Abd. HAlim, KH. Asnawi dan KH. Suchari Tho'if di Pesantren Cibeber.
Sejak usia muda beliau tergolong anak yang pandai, tekun dan rajin belajar serta taat beribadah, oleh karena itu sejak usia belasan tahun ditugaskan mengajar para santri, bahkan sejak usia 17 tahun sudah secara rutin mengerjakan sholat Tahajjud.
Setelah dewasa, beliau menikah dengan Hj. Salkhah binti H. Sapta. Pada tahun 1912 M bersama isterinya pergi ke Makkah dan bermukim di sana selama kurang lebih 6 tahun. Di Makkah beliau menuntut ilmu hukum islam dan lainnya pada ulama terkenal diantaranya KH. Abd HamidKairo, KH. Jasir, KH. Jusuf dan kepada pamannya yang lebih dahulu tinggal di Makkah yaitu KH Abdul Salam.
Pada tahun 1918 M Beliau kembali ke Cibeber dan belajar ilmu TArekat pada KH. Asnawi Caringin Labuan. KH. Asnawi adalah salah seorang murid dari KH. Abdul Karim (Tanara) salah seorang ulama yang mengajar Ilmu Tarekat di Banten (Zamaksyari Dhafir, 1983:89)
Kegiatan dan pengabdian KH. Abdul Lathif dari tahun 1918 M sampai dengan tahun 1924 M dicurahkan pada pendidikan / pengajian, baik masyarakat maupun para santri di pesantrennya.
Adapun tempat yang digunakan untuk menyampaikan materi pengajian di Majlis Taklim atau Serambi Masjid.Pada waktu itu lembaga pendidikan islam sangat minim sekali, sehingga masyarakat sangat antusia sekali terhadap pendidikan terutama pendidikan agama islam.
KH. Abdul Lathif mempunyai keinginan mengembangkan dan meningkatkan Madrasah dan Pesantren serta mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat, maka pada tahun 1924 M dibangunlah Madrasah yang terdiri 6 lokal dan diberi nama TARBIYATUL ATHFAL.
Seiring bertambahnya santri dan siswa madrasah dimana lokasinya kurang strategis dan sempitnya tanah, maka beliau mengadakan musyawarah dengan ulama dan masyarakat setempat untuk mencari jalan keluarnya. didapatlah suatu keputusan yang sangat menggembirakan terutama dari mertuanya H. Anhar (ayah dari Hj. Siti Rahmah), isteri kedua KH. Abdul Lathif. di mana sebagian besar tanah untuk membangun madrasah adalah wakaf dari H. Anhar(mertuanya).
Maka pada tahun 1926, dibangunlah madrasah yang besar, terdiri dari 10 lokal dengan tanah yang cukup luas, yang sampai sekarang masih ada, walaupun sudah beberapa kali mengalami rehabilitasi dan penambahan bangunan/lokal hingga saat ini sudah menjadi sekitar 26 lokal dan madrasah tersebut diberi nama : "AL-JAUHAROTUNNAQIYYAH". Madrsah tersebut langsung dibawah asuhannya, walaupun dalam pelaksanaaannya beliau dibantu oleh anak, rekan, dan muridnya, terutama ana tertuanya. Untuk mengelola madrasah dan Majlis taklim yaitu (KH. Abdul Muhaimin) yang pernah belajar di Makkah selama 9 Tahun dari tahun 1925 M s/d 1934 M.
Disamping kegiatan di madrasah, KH. Abdul Lathif memberikan pengajian pada majlis taklim, baik kaum ibu maupun kaum bapak, kiranya tidak berlebihan bahwa yang pertama kali mengadakan pengajian kaum ibu di cibeber cilegon adalah KH. Abdul Lathif, walaupun dalam pelaksanaannya mendapat hambatan dan tantangan dari teman-temannya yang tidak sependapat. Adapun materi pelajaran yang diberikan di madrasah, pesantren maupun majlis taklim adalah mengikuti pola pemikiran empat mazhab yang berhaluan Ahlu Sunah wal jamaah dan beliau mengikuti pola pemikiran dan aliran Asy Syafiyyah.
Dari tahun 1926 sampai tahun 1942 M disamping mengajar pada majlis taklim, pesantren dan madrasah. Beliau juga turut aktif dalam perjuangan pergerakan pembangunan bangsa indonesia di bidang politiuk, beliau pernah mengikuti 4 kali kongres di Jakarta tahun 1929 M di Menes Pandeglang Banten tahun 1931 M, berikutnya di Surabaya dan Bandung.
Hal yang dapat diketahui dalam sejarah bahwa setelah berdirinya Budi Utomo (Tahun 1908), maka di pulau jawa tumbuh organisasi-organisasi, seperti Serikat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Partai Nasional Indonesia, NU, dll.
Tahun 1942 - 1945 Memmpersiapan indonesia merdeka, disamping kegiatan rutin KH. Abdul Lathif juga memberikan nasehat, saran, dan restu kepada para pejuang kemerdekaan pada waktu itu. Diantara yang pernah berkunjung ke beliau diantaranya KH. Ahmad Khatib (Banten), KH. Syam'un (Citangkil), KH. Suhaemi (Pontang), dan KH Sayuti serta rekan-rekannya. pada tanggal 1 desember 1942 M beliau dalam keadaan terpaksa bersedia di angkat menjadi SANGI KAI oleh pemerintah jepang, namun hal itu tidak terlalu lama. sejak tahun 1945 - 1960 KH. Abdul Lathif tetap melaksanakan tugas sebagai pengajar, walaupun keadaan diselingi dengan revolusi fisik, hal ini mungkin karena ruang lingkup pengajiannya.
KH. Abdul Lathif memberikan pengajian pada majlis taklim di hari-hari tertentu: di Serang (Kaujon, Sumur Pecung, Parung dan Kelodran) di Kramatwatu (Wanasaba dan Kasuban) di Cilegon (Jombang wetan, Karangasem, bendungan, Kedong dalem, Kalitimbang, Bulakan dan Cibeber), di Pulomerak (Tegalwangi).
Pesantren, Majelis taklim dan madrasah setelah beliau meninggal dilanjutkan oleh anak dan cucunya termasuk oleh para muridnya.
Pesantren dan madrasah mencapai titik optimalnya sekitar tahun 1953 - 1960 M, di kala KH. Abdul Lathif, KH. Suhaemi, KH. Muhsin, dan KH. Istahari masih hidup. Jumlah siswa saat itu tercatat mencapai 1.700 siswa/siswi. Dimana siswa/i tersebut datang dari berbagai daerah, seperti Lampung, Palembang, Jakarta, Bogor, Purwakarta, Cirebon, Brebes, Tegal, Pekalongan , Semarang, Banyuwangi, dan Daerah Banten sekitarnya.

Penulis: Eva Fajrotu S.Pd ()

Sepatah dari Kepala Sekolah MA Al-Jauharotunnaqiyyah Cibeber

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rakhmat pada kita semua.
Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabatnya juga para pengikutnya sampai akhir zaman.
selanjutnya penulis berupaya semaksimal mungkin untuk mencari data-data yang konkrit dari tokoh dan sesepuh Cibeber, Cilegon sekitarnya untuk mendapatkan data / bahan sekaligus perjalanan, perjuanagan KH. Abdul Lathif, namun demikianlah hasilnya dan mungkin masih jauh dari kesempurnaan sesuai keinginan pembaca.
Tegur, kritik, dan saran, yang bersifat guna untuk menyempurnakan tulisan ini, penulis menerima dengan lapang dada demi kesempurnaan tulisan ini.
Demikianlah semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi keluarga almarhum, umumnya bagi alumnusnya.
Serang, 02 Januari 2008


Wassalam
Prof.DR.KH.Tb.M.Junus Ghozali


Yayasan Perguruan Islam Al-Jauharotunnaqiyyah Cibeber

Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada kita nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya juga pengikutnya sampai akhir jaman.
Selanjutnya kami Pengurus dan ketua Yayasan Perguruan Islam "Al-Jauharotunnaqiyyah" Cibeber menyambut baik dan mengucapkan terimakasih pada penulisevazratu@gmail.com, penerbit atas diterbitkannya blogger tentang lintasan sejarah Pendiri Pesantren/Madrasah "Al-Jauharotunnaqiyyah" Cibeber Cilegon Banten yang berjudul KH.Abdul latif dalam lintasan sejarah.
Semoga bermanfaat sebagai informasi  para pembaca dan alumnusnya.
Wassalamualaikum wr.wb.